Dalam masyarakat Karo setiap orang yang telah meninggal akan diberikan beberapa bentuk keagungan upacara kematian, dimana bentuk keagunagan dari upacara kematian ini merupakan suatau rasa penghormatan dari sanak keluarga dari orang yang telah meninggal tersebut. Bentuk dari keagungan upacara kematian dalam masyarakat Karo adalah suatu Usungan.
Adapun bentuk-bentuk usungan dalam suatu keagungan upacara kematian dalam masyrakat Karo adalah sebagai berikut;
- Pating-pating ( Lante Empat Mbeka)
Pating-pating merupakan suatu usungan yang paling sederhana dibanding usungan lainnya, dimana usungan ini terbuat dari sebatang Bambu, dimana cara membawa orang yang telah meninggal ke kuburang dalam usungan ini adalah kalimbubu memikul bagian dari kepala yang telah meninggal, sedangkan sembunyak memikul bagian tengah dari yang telah meninggal dan di bagian belakang atau kaki dipikul oleh anak beru.
- Sapo-Sapo / Sapo gunung
Sapo-Sapo atau Sapo Gunung merupakan suatu usungan yang terbuat dari sebatang Bambu ( perlanja), dimana cara membawa orang yang telah meninggal kekuburan hampir sama dengan usungan Pating-pating.
- Lige-lige
Lige-lige merupakan suatu bentuk usungan yang berbentuk guriten, dimana usungan ini dibuat bertingkat dua atau lebih. Usungan lige-lige ini dibuat hanya untuk orang-orang yang berasal dari bangsa taneh atau orang-orang yang berasal dari yang mempunyai kampong. Usungan ini dibuat dari dua buah bambu yang salah satunya berada di bagian bawah, sehingga dapat memudahkan untuk mengangkat ke atas.
- Kalimbaban atau Kejeren
Kalimbaban atau Kejeren merupakan suatu bentuk usungan yang berbentuk sperti Guriten, tetapi biasanya bentuk usungan ini terdapat di daerah Gunung-gunung atau Urung Julu, dan juga bentuk usungan ini merupan suatu guriten yang bertingkat Sembilan atau sebelas, dimana cara membawa usungan ini adalah dengan cara ditarik beramai-ramai dan juga sepanjang jalan menuju ke keburan akan disebarkan padi.
Inilah beberapa bentuk usungan-usungan yang merupakan suatu bentuk keagungan kematian dan juga rasa penghormatan kepada orang yang telah meninggal dalam masyrakat Karo, selain itu cara-cara usungan seperti yang ada diatas, pada saat ini sudah sangat jarang yang dilakukan dalam masyrakat Karo, seperti di dalam buku yang saya baca, penulis mengatakan bahwa usunga-usungan seperti Kalimbaban terakhir kali dilakukan di Perbesi pada tahun 1931. Sekian tulisan saya mengenai bentuk-bentuk keagungan kematian dalam masyrakat Karo, semoga tulisan ini dapat membantu dan memberikan informasi yang lebih kepada teman-teman pembaca.
Refrensi :
- Print Darwan S H, 1996. ADAT KARO. Medan: